Pengantar E-Learning
Haritz Cahya N.
haritzcn@gmail.com
Pengembangan teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi (ICT) telah merubah pandangan, cara untuk bekerja maupun belajar dan juga implementasinya di lapangan. Ditandai dengan kemunculan istilah-istilah baru dalam pendidikan dan pelatihan yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital maupun elektronik. Beberapa istilah tersebut antara lain : eBooks, e-learning / e-training / e-pedagogy, cyber-campus.
E-learning sendiri dapat diartikan sebagai semua bentuk pembelajaran yang didukung secara elektronik. Sistem informasi dan komunikasi, baik terhubung maupun tidak, bertindak sebagai media untuk implementasi proses pembelajaran (D. Tavangarian, 2004). Dengan e-learning proses pembelajaran yang semula hanya terbatas pada tatap muka antara pelajar dan pemberi materi, kini tidak lagi dibatasi oleh tempat maupun waktu.
Sejarah dan Perkembangan E-learning
Pada tahun 1960, profesor psikologi dari Standford University, Patrick Suppes dan Richard C. Atkinson bereksperimen dengan komputer untuk mengajar matematika dan membaca bagi anak kecil di sekolah dasar. Program inilah yang menjadi cikal bakal dari e-learning di masa ini.
Perkembangan e-learning di Indonesia (Purnomo, Wahyu. 2009)
(1) Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) DALAM FORMAT mov, mpeg-1, atau avi.
(2) Tahun 1994 : CBT semakin marak digunakan, dan muncul dengan teknologi yang memungkinkan e-learning menjadi semakin menarik, interaktif, dan dapat diproduksi secara massal.
(3) Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak , dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, SCORM, IEEE LOM, ARIADNE, dsb.
(4) Tahun 1999 sebagai tahun aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
eLearning 2.0
Seiring dengan perkembangan teknologi web, yang ditandai dengan munculnya teknologi Web 2.0, dimana sekarang pengguna telah berubah fungsi menjadi pembuat. Para pengguna juga saling terkoneksi dengan pengguna lain, dan sering dikenal dengan istilah social networking. Muncullah istilah e-learning 2.0, dimana proses belajar tersebut tidak lagi satu arah antara guru dengan siswa, melainkan bersifat sosial, sesama murid dapat saling membaca jurnal murid lain, mengomentari, bertanya, berbagi demi mendapatkan hasil yang maksimal. E-learning 2.0 banyak memanfaatkan teknologi Web 2.0 seperti Blog, wiki, Podcast, social networking, dan berbagai macam fitur lainnya
Kategori e-learning
Berdasarkan tingkatannya, e-learning dapat dibagi menjadi 4, mulai dari yang basik hingga yang kompleks. Kategori tersebut adalah:
-
Knowledge database
Walaupun tidak terlihat seperti pelatihan, tetapi database tersebut adalah bentuk paling dasar dari e-learning. Database pengetahuan sering dijumpai pada situs yang menawarkan daftar mengenai penjelasan, serta beberapa petunjuk dan instruksi untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Model e-learning ini cukup interaktif, anda dapat mencari kata yang anda inginkan, atau mengambil pilihan dari daftar topik yang anda inginkan.
-
Online support
Dukungan online juga merupakan sebuah bentuk dari e-learning dan berfungsi hampir sama seperti database pengetahuan. Dukungan online dapat berupa forum ruang chat, bulletin boards, grup email maupun chatting secara live dengan orang lain. Online support lebih interaktif daripada database pengetahuan, dimana model ini akan menawarkan dukungan untuk pertanyaan dan dan permasalahan yang lebih spesifik, dan juga jawaban maupun pemecahan masalah yang lebih cepat.
-
Asynchronous training
E-learning ini meliputi pembelajaran yang menyesuaikan dengan kecepatan belajar penggunanya, baik menggunakan media CD-ROM, jaringan maupun internet. E-learning ini juga dapat meliputi akses ke instruktor melalui buletin boards, grup diskusi maupun email.
-
Synchronous training
Synchronous training dilaksanakan secara real-time dengan instruktur yang memfasilitasi training. Semua orang akan login pada waktu yang sudah ditentukan dan dapat berkomunikasi dengan instruktur secara langsung dan sesama. Tipe pembelajaran ini biasanya dilaksanakan melalui website, konferensi audio maupun video, maupun sistem broadcast dua arah ke siswa di kelas.
Tuntutan e-learning
Dalam pembuatan sebuah e-learning yang baik, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu:
-
Servis
-
Konten
-
Teknologi
Dimana tantangan terbesar dari e-learning adalah menyeimbangkan ketiga komponen tersebut, serta menemukan solusi yang terintegrasi. Teknologi, sebagai dasar dari cara penyampaian, metode penyampaian, apa yang dapat disampaikan, hingga seberapa cepat penyampaian. Konten yang mengatur kualitas penyampaian, materi yang disampaikan dan yang diantarkan melalui teknologi ke pengguna. Hingga sistem yang menggabungkan antara teknologi dengan konten tersebut, membuat sebuah e-learning yang mudah untuk digunakan, tidak membuat bosan, dapat diakses dengan cepat, dan juga menyenangkan.
E-learning di masa mendatang
Akan datang masa untuk pembelajaran ubiquitous, dimana pembelajaran tidak lagi dicari oleh pengguna, namun akan dibawa dan dihantarkan kepada pengguna. Dimanapun mereka berada, kapanpun itu, sesuai dengan kebutuhan mereka.
Ubiquotus learning memanfaatkan teknologi smart phone maupun tablet untuk mengantarkan informasi ke pengguna, dia juga menggunakan teknologi identifikasi semacam RFID untuk mengenali sasaran yang dituju.
Dengan ubiquitous learning, apapun yang kita lakukan bisa jadi merupakan sebuah pelajaran baru.
Tavangarian D., Leypold M., Nölting K., Röser M.,(2004). Is e-learning the Solution for Individual Learning? Journal of e-learning, 2004.
SANTROCK, JOHN W. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua, Jakarta: Kencana, 2010
Bersin, Josh. Building blocks of an e-learning infrastructure, 2005